OM SWASTIASTU
WELCOME TO MY BLOG
Loading...

Sabtu, 29 November 2008

Si Pendendam VS Si Keras Kepala


Pertama-tama izinkanlah penulis memperkenalkan tokoh yang akan muncul pada cerita ini. Dengan ini penulis berharap semoga pembaca budiman ataupun pakdiman lebih mudah memahami jalannya cerita. Kalo ga ngerti-ngerti, bukan salah bunda mengandung tapi salah Anda yang kurang imajinasi tingkat tinggi. Hee…=)
Baiklah agar tidak terlalu bertele-tele, dan dalam rangka turut menyukseskan program hemat kertas, lebih baik kita mulai mengenal tokoh-tokoh disini lebih dekat lagi.
Perkenalkan namanya Riri. Dilihat dari anterior anaknya manis, imut-imut, baik hati. Dari lateral, sepertinya tidak sombong, rajin menabung, suka bercanda. Dari posterior, tampak keras kepala dan jahil..Tapi dikit doang kok. Satu hal yang perlu digaris bawahi disini adalah sifat buruk yang dimilikinya yaitu keras kepala. Dalam beberapa hal, ini berakibat positif, tapi lebih sering sih berdampak negative. Berdasarkan data dari pegawai Administrasi, untuk detik ini Riri masih tercatat sebagai mahasiswi jurusan keperawatan pada satu-satunya universitas negri di daerahnya.
Tokoh utama kita yang kedua adalah Koko. Anak kedua dari 2 bersaudara. Saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa Kedokteran di universitas yang sama dengan Riri. Orangnya baik hati, tidak sombong, suka menolong, setia kawan, humoris dan suka bercanda (jangan GR yaa…). Seperti kebanyakan orang di dunia ini, Koko juga memiliki kekurangan. Koko masuk kategori manusia pendendam. Ia tak mudah memaafkan kesalahan orang lain. Kalau sudah terserang penyakit marah akut, jangan berharap ia akan mengajak Anda bicara. Ia akan menganggap Anda seperti tidak ada. Penyakitnya yang satu ini sangat sulit disembuhkan, bahkan oleh dokter paling ahli sekalipun. Perlu waktu yang lama dan perjuangan tinggi setingkat semangat Panglima Sudirman.
Kita bergeser dari tokoh utama ke figuran. Walaupun bertindak sebagai figuran, namun mereka sangat memegang peranan penting dalam cerita ini. Intinya cerita ini tidak akan “klik” jika tanpa kehadiran mereka.
Kita berkenalan dengan Mimi, sahabat Riri. Mereka bersekolah di SMP yang sama, SMA yang sama dan kini kuliah pun sama. Untuk saat ini belum ada penelitian menyangkut berapa tingkat kebosananan Riri melihat Mimi terus selama hampir 7 tahun, begitu pula sebaliknya. Dalam cerita ini, Riri sangat berhutang budi pada Mimi.
Selanjutnya kita menuju ke Popo, sahabat Koko. Ia kuliah di tempat yang sama dengan Koko. Ia juga tak kalah memberikan andil besar dalam cerita ini. Nasehat-nasehatnya cukup menenangkan. Maklum, hasil berguru pada AA Jimmy…selama beberapa tahun..Heheehee… becanda
Sekiranya cukup sekian perkenalan dengan tokoh-tokoh yang akan sering Anda temukan pada baris-baris selanjutnya. Jika ada kesamaan tokoh, karakter maupun peristiwa, percayalah itu sepenuhnya merupakan hal yang disengaja. Tak lupa penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak yang merasa memilki kesamaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Maaf kalau tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hehehe…
Si Keras Kepala vs Si Pendendam

Rabu , 4 Juni 2008

Rumah paman dan bibi…pukul 01.00 AM…
“Arrrrrg…harus bilang pa lagi nih? Buntu..!!!”
Di saat makhluk-makhluk lain di belahan bumi timur sedang terlelap dalam mimpi, Riri masih tetap terjaga di depan laptop tercinta. Apa sih yang bisa bikin seorang Riri yang tidak bisa begadang, masih tersadar hingga subuh?
Belajar untuk ujian?
Sepertinya tidak mungkin. Siang tadi ia baru saja selesai ujian.
Nonton film?
Sayang sekali. Jawaban ini pun masih salah..
Jawaban yang benar adalah Koko.
Gara-gara mau membuatkan hadiah ulang tahun untuk Koko, Riri masih bisa menahan kantuk di matanya. Salahnya sendiri juga sih. Ia baru mendapat ide itu pukul 10.00 PM.
“Ini hadiah untuk orang yang selama ini uda baik ma aku. Thanks untuk semuanya…Lain kali traktir aku es cream lagi. Hehehe..” batin Riri dalam hati.
Jarum pendek jam dinding di kamarnya sudah menunjuk angka 3. Dengan harapan bisa menyerahkan hadiah itu keesokan harinya, Riri mematikan laptopnya dan segera beranjak ke peraduan impian. Nice sleep, sweet dream.

Kamis, 5 Juni 2008

Pukul 11.45 AM…perjalanan ke kantor rektorat.
Hari ini Riri dan Mimi terpaksa harus berpanas-panas ria demi mengantarkan laporan pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah mereka laksanakan ke pihak rektorat universitasnya. Berhubung tidak ingin dianggap orang yang tidak bertanggung jawab mereka dengan terpaksa dan berat hati menerima kenyataan yang ada. PANAS!!!
Di balik deru kendaraan di salah satu jalan terpadat, Riri berusaha menyaingi bisingnya suara mesin kendaraan dengan teriakan kerasnya agar Mimi mendengar apa yang diucapkannya.
“Mi, kamu bisa ngambil hapeku ga? Tolong sms Koko dong”. Karena pada saat itu sangat tidak memungkinkan bagi Riri yang sedang mengendarai motor untuk mengetik sms, maka sebagai sahabat yang baik Mimi yang duduk di boncengan dengan rela menurut.
“Sms apa ni?” tanya Mimi.
“Bilangin Koko, jangan pulang dulu. Ada yang mau aku kasi ke dia”

Pukul 00.35 PM…kantor rektorat..
Perjalanan panjang melahkan dan penuh perjuangan harus Riri dan Mimi tempuh untuk menyerahkan LPJ. Bagaimana tidak melelahkan, mengingat jarak antara kampusnya dengan kantor rektorat sangat jauuuuhh..Penuh perjuangan karena mereka terpaksa harus mengganti cover LPJ, hanya gara-gara 1 angka romawi…Dan dengan entengnya pegawai TU disana mengumandangkan alunan kata-kata yang sungat sumbang di telinga.
“Ini diganti nomor perjanjiannya. Kan sudah saya bilang II bukan III. Ganti ini sebelum saya kirim LPJ kalian ke Jakarta.”
Entah karena dehidrasi mengingat tempat yang mereka kunjungi masuk daerah tandus dan panas dengan suhu udara hampir menyaingi gurun ataukah gara-gara pengaruh hipnotis dari pegawai TU tadi, dengan lemas Riri dan Mimi segera mencari toko terdekat untuk mengganti cover LPJ. Tetap saja diiringi gerutu kesal dari mereka berdua.
“Ya..ampun ada-ada aja sih.. Sebegitu telitinya ya orang-orang Jakarta..” Riri dan Mimi tak henti-hentinya mengomel.
Dan setelah perjuangan berebut fotocopy dan jilid dengan mahasiwa-mahasiswa lain yang lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai penunggu disana, akhirnya LPJ itu pun selesai direvisi. Namun, tampaknya dewi fortuna sedang tak ingin menghampiri mereka. Alangkah malangnya nasib 2 anak manusia ini. Begitu sampai di kantor rektorat lagi, yang terlihat oleh mereka hanyalah pintu-pintu yang terkunci dan satpam yang asyik ngerumpi dan ngegosip. Pegawai kemahasiswaan telah pulang ke habitatnya masing-masing…Arrrggg…

Pukul 02.00 PM…kampus
“Mana sih tuh orang? Kalo ga bisa, bales kek smsku. Ato kalo masa aktifnya habis LAGI, dijawab ja telpunku. Ngangkat telpun kan ga ngabisin pulsa..!!” gerutu Riri sesampainya di kampus. Panas terik dan kekesalannya atas usaha menyerahkan LPJ yang melelahkan dan tidak membuahkan hasil apapun itu alias nol besar, semakin membuatnya emosi jiwa..
“Pulang yuk, da sore,”ajak Mimi begitu makanan dan es buah yang dipesannya tandas tak bersisa. Riri hanya mengangguk. Ia sudah menunggu Koko sejak tadi. Jangankan batang hidungnya, kabar darinya pun tak ada.. Ia kecewa. Harapannya kali ini pun tak menjadi nyata. Sia-sia ia begadang kemarin..Hikz…”Koko nyebelinnnnn….”

Jumat, 6 Juni 2008

Pukul 10.15…sebelum SGD…
Ntar jngn pulang dl. da yg mau qks dr kmaren. Kalo g bs, bole kok sms. Slit ya ngetik sms, ato km trlalu sbuk? Ni da trlanjur aq bkin, trsrah km, mau dibuang jg gpp.
Riri langsung memencet tombol send di hapenya. Memang agak keterlaluan sih, tapi mengingat kejadian kemarin, wajar kalau ia kesal seperti itu.

Pukul 01.10…Kantin..
“Wik, ntar sama-sama ke BSO ya..” kata Riri pada temannya. Sementara itu tanpa ia sadari, di belakangnya telah berdiri 2 makhluk langka dari planet lain, Koko dan Popo. Dua sejoli ini (maap bercanda kok) tanpa dosa berdiri membelakangi Riri, dan tak ayal membuatnya terkejut ketika berbalik badan. Riri melihat sekilas ke arah Koko. Entah mengapa kekesalannya yang kemarin muncul kembali, saat melihat wajah Koko yang polos, tanpa merasa bersalah sedikit pun telah membuatnya menunggu sia-sia.
“Po, gimana kemarin LPJmu, direvisi ulang”? tanya Riri pada Popo.
“Ga kok. LPJku kan da bener,” jawab Popo.
“Oh..enak dong. Aku terpaksa harus direvisi hanya gara-gara 1 angka romawi. Bener-bener nyebelin. “ gerutu Riri tanpa menoleh sedikitpun ke arah Koko. “Aku pergi dulu ya..” pamit Riri pada Popo.
“Loh, Koko gimana?”
“Ga jadi….!!!!!” Katanya kesal sambil berjalan menjauhi mereka. Sepintas Riri bisa melihat raut kemarahan di wajah Koko.
“Yakin nih ga jadi, kok kamu bilang kaya gitu tadi?” tanya Mimi pada Riri.
Belakangan baru Riri menyesal. “Aduh, gawat..Bodoh!!! Kenapa aku bilang gitu tadi. Dia pasti marah…hikz.” Riri segera mengajak Mimi untuk menemaninya ke parkiran. Tapi sesampainya disana yang diharapkannya sudah tidak ada lagi. “Dia uda pulang. Motornya uda ga ada, raib…ga mungkin kan diboyong ma pelaku curanmor..”
Riri bingung. Ia berusaha mencari nomor hape Popo. Setelah bertanya pada sejumlah narasumber, akhirnya ketemu juga.
“Halowww..Popo, ni Riri. Kamu dimana? Ada Koko ga disana?” Riri segera memberondong Popo dengan banyak pertanyaan bertubi-tubi.
“Aku uda di rumah nih. Koko juga uda pulang. Kenapa Ri?”
“Dia marah ya ma aku?” tanya Riri lirih..
“Sebenarnya kamu kenapa sih? Kamu ga tau dia ya.. Siap-siap ja. Kamu ga akan diajak bicara selama beberapa hari.”
“Ya..aku tau. Uda pernah ngerasain sebelumnya kok. (batinnya dalam hati).. “Udah ya Po, thanks.”
Begitu hapenya dimatikan Riri lemas. “Penyakit lama Koko kumat lagi”. Kini perasaan Riri campur aduk kaya adonan jamu. Paittttt… Antara menyesal, sedih, bingung, takut, kesal..
Menyesal karena telah membuat Koko marah..
Sedih karena merasa berdosa telah membuat orang lain kecewa.
Bingung karena ga tau harus gimana mengobati penyakit Koko yang kumat lagi itu. Harus nyari dokter specialist apa nih? Jawaban dari pertanyaan ini ternyata lebih sulit dibandingkan dengan soal ujian Histologi, Anatomi, Biokimia dan rekan-rekan sebangsanya…
Takut…melihat wajah Koko saat marah..Nyeremin… Saat sedang sehat dan normal, Koko bisa jadi salah satu manusia yang patut diteladani amal budinya, tapi kalau sudah marah,, lebih baik Anda jangan mendekat. Risikonya terlalu tinggi. Jangan harap bisa tidur dengan tenang. Koko bisa jadi manusia paling kejam di dunia ini…(hahaha..hiperbola dikit gpp kan..hehe..)
Kesal….,kenapa Koko bisa punya sifat pendendam…??? Sifat-sifat yang lain kan masih banyak…Daripada pendendam, kenapa ga pendendang aja? Selama ini Koko aktif di kegiatan Padus di kampus..

“Tenang Ri, dia pasti bisa maafin kamu.”hibur Mimi.
Riri menggumam, “Tapi, apa aku harus nunggu sampe 2 minggu lagi kaya dulu? Kelamaan…Ga mau…Hikz”

Pukul 10.35 PM…Kamar…
Ya klo gt mungkin dia t orgny bkn tipe pmrh tp pndndam sama ky ak..Dia mungkin merasa udh pcy ma km tp karena entah sesuatu dr km yg bwt dia tsinggung dan dia t ga enak bwt be2rin keslhnmu tp pinginy km t yg menyadariny ndiri. Emang susah si klo tipe org ky gt udh marah..Cb ja bwt ga bhti brusaha baikan ky kt dulu, ya buth waktu si..Tp disanalah tbuktisbrp tulusny km pngn punya shbt spt dia. Yg pnting usaha dulu. Smgt ya bu! Jgn bnykn nangis ma mnyesl ato kbingungan. Hadapi ja dulu dngn snyuman..
SMS yang tak lagi Sort Message Service itu dulunya dikirimkan Koko untuk Riri, ketika Riri bertengkar dengan Mimi. Kini Riri mengembalikan kepada pemiliknya.

Sabtu, 7 Juni 2008

Rumah Orang Tua tercinta
Riri heran. Kenapa setiap dia bertengkar dengan Koko selalu bertepatan dengan hari raya? Kini pun hari raya yang sama dengan dulu..Nyadar ga sih..dulu deket-deket Saraswati juga…
Saat berdoa, selain memohon agar lulus ujian tentunya, ia juga meminta agar orang-orang memaafkan kesalahannya. Ia tidak ingin ada lagi orang yang marah padanya…maap semuanya….

Senin. 9 Juni 2008

Pk.09.25 AM…Kampus….
Popo, lagi dimana? Aku mau nitip ssuatu. Tolong ks k Koko y. Tp jangn smpe dia tau.
Setelah sekian lama menunggu, datang juga balasan dari Popo.
Q d kntin! Ksini z…
“Yah, knapa baru dibalas? Bntar lagi kan mau SGD.” Riri meratapi keadaan yang sepertinya tidak mau diajak bekerja sama.

Pukul 01.05 PM…kantin…
Riri kebingungan. Kali ini ia mendapat giliran untuk mengumpulkan hasil SGD dari teman-teman kelompoknya.. Banyak temannya yang belum mengumpulkan, padahal besok hasil SGD itu harus diserahkan. Beginilah nasib korban timpal…malang bener…
“Hai..Ri.Kamu mau nitip apa” Popo menyapa Riri.
“Hai..Tunggu bentar ya. Eh, dia masih marah ya?” kata Riri sembari merapikan hasil SGD.
“Ga taw. Tanya ja sendiri. Orangnya ada di belakang. Bentar lagi kesini.” Kata Popo santai.
Mendengar itu mental Riri menciut…Ia pengen liat Koko untuk minta maaf langsung tapi di sisi lain ia juga slalu takut saat melihat Koko marah. Pengen sembunyiiii…ngumpet di kolong meja..
“Masih marah?” tanya Riri pada Koko.
Koko diam. Riri semakin menciut hampir mirip liliput. Gara-gara tak tahu harus berbuat apa, mendadak ia terserang amnesia ringan, ia pergi begitu saja menuju tempat fotocopy untuk menjilid hasil SGD.
Koko dan Popo juga pergi. Begitu mereka menjauh, baru Riri menyesal. Riri mengejar Koko.. Entah ini karena saat itu Koko lagi kesurupan atlet marathon atau karena Riri yang larinya terlalu kemayu, ia jadi kehilangan jejak. Tampaknya mulai detik ini, Riri harus mempertimbangkan untuk menyewa seorang detective untuk menangani kasusnya…
Banyak yang mau ia katakan pada Koko. Tapi begitu berhadapan langsung dengan Koko, entah kenapa down syndrome selalu menyerangnya. Saat ia ada, Riri pura-pura menjauh. Tapi begitu dia yang pergi, Riri malah mengejarnya. Parahhh…

Pk 00.10 AM….kamar…
Kali ini Riri begadang lagi. Sedari tadi ia sibuk menekan tombol keyboard di laptopnya. Jari-jarinya lincah merangkai kata-kata menjadi sebuah karangan. Gara-gara Koko, ia kembali lagi berhadapan dengan hobi menulis yang sudah lama ia tinggalkan. Ia berharap dengan cerita ini, semuanya bisa jelas. Hadiah untuk Koko masih tergeletak tak berdaya di tas Riri. Semoga besok ia bisa berpindah tangan…Gimana hasilny?,,Apakah Koko masih marah? Apa Riri bisa menyerahkan ini dan hadiah Koko? Kita lihat aja besok…To be continued…

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pembaca yang telah membaca cerita ini dari awal hingga akhir serta pihak-pihak yang telah member inspirasi untuk cerita ini..Semoga cerita ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Penulis tahu cerita ini masuk kategori menarik untuk dibaca (bukan maksud menyombongkan diri, tapi emang begitulah kenyataanya..hehe..), tapi dengan berat hati, cerita ini hanya untuk kalangan terbatas. Jadi tolong jangan dipublikasikan…